Belakangan
ini Bekasi menjadi perbincangan hangat di dunia maya maupun nyata, tidak sedikit pula yang mencemoh Bekasi sebagai suatu wilayah yang memiliki
infrastruktur kurang baik. Hal ini dirasakan
oleh banyak orang-orang yang berkunjung ke Bekasi. Kini munculah pertanyaan
sebagai warga Bekasi tentang apa yang menjadi kebanggaan Masyarakat Bekasi ? Yuk kita lirik daerah paling ujung Kabupaten
Bekasi ini, yakni Muara Gembong. Ada
apa sih di Muara Gembong?
Muara Gembong yang berada sangat jauh dari hiruk pikuk kota Bekasi sendiri dikelilingi oleh lahan perairan laut Jawa yang luas dan terhimpit di antara Jakarta Utara dengan Kabupaten Karawang. Kecamatan ini terletak 64 km dari pusat Kota Bekasi. Tak kurang dari empat jam diperlukan untuk menempuh perjalanan dari kota Jakarta dan sekitar dua setengah jam dari Kota Bekasi. Sebagian besar penduduk Muara Gembong bermatapencaharian sebagai nelayan, menangkap ikan, kepiting dan juga udang untuk dijual ke Jakarta khususnya ke daerah Cilincing, Ancol, dan Muara Angke.
Kecamatan ini terdiri dari enam desa, Jayasakti seluas 220 hektaree (Ha), Pantai Mekar 235 Ha , Pantai Sederhana 65 Ha, Pantai Bahagia 265 Ha, Pantai Bakti 2,90 Ha, dan Pantai Harapan Jaya dengan lahan terluas 275 Ha. Kawasan pemukiman penduduk pinggir laut dengan luas lahan keseluruhan 14.009 hektare tersebut didominasi oleh lahan perairan. Tambak perikanan yang mencakup lahan seluas 10.125 Ha menjadi mata pencaharian utama 60 persen dari total kepadatan penduduk 36.181 jiwa. Sisanya bekerja dengan menjadi petani darat, mengelola lahan pertanian kering seluas 60 Ha. Lahan kritis di Muara Gembong telah dolah dengan budidaya pertanian seluas 512 Ha.
Muara Gembong terkenal dengan potensi alamnya, muara ini adalah habitat ikan bandeng yang sangat diminati oleh warga Jakarta karena dagingnya yang tidak bau, hal itu dikarenakan “bandeng gembong” diberikan pakan ikan yang alami. Selain bandeng, kepiting dari Muara Gembong juga terkenal di Jakarta, kemudian “Terasi Jembret”, terasi yang diolah secara alami oleh beberapa penduduknya. Beberapa istri nelayan mengolah udang rebon yang didapat dari laut untuk dijadikan terasi. Penduduk di Kecamatan Muara Gembong didominasi dengan etnis Jawa, kebanyakan mereka menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Sunda juga menjadi bahasa sehari-hari mereka, selain bahasa Melayu. Di Desa Pantai Mekar saja sudah terdapat Puskesmas dan Kantor Dinas Kesehatan, selain itu tiga buah gedung Sekolah Dasar Negri (SDN), satu gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dua buah gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) juga telah mendukung dan melengkapi aspek pendidikan warganya.
Muara Gembong yang dahulunya terdapat kawasan hutan bakau yang sangat melimpah, kini telah berubah di karenakan penduduknya yang serakah dan mulai menebang hutan untuk dijadikan tambak ikan. Awalnya, panen ikan melimpah. Tapi seiring perubahan dari waktu ke waktu, daerah pesisir dari muara gembong mulai mengalami abrasi air laut. Hal itu diakibatkan karena kurangnya pengetahuan tentang Hutan Bakau sebagai penyanggah daratan di pesisir pantai yang oleh masyarakat setempat dijadikan lahan tambak ikan. Dua puluh tahun yang lalu, di pesisir Muara Gembong Kabupaten Bekasi begitu mudah mendengar sahutan lutung di kala pagi, tak sulit melihat binatang berbulu lebat ini menarik kepiting dengan menjuntaikan ekornya ke dalam air laut di pesisir pantai. Bak pemancing, dengan ekornya itulah kepiting dibanting ke pohon bakau hingga tidak berdaya dan kemudian menjadi makanannya.
Kini, sudah tak terdengar lagi teriakan khasnya dari spesies ini. Tempat itu sudah terasa sunyi, tak terlihat lagi binatang jenaka ini menjumput daging kepiting. Tak ada lagi binatang berbahasa latin trancypitecus auratus ini. Mereka seperti tenggelam oleh hantaman ombak pesisir. Nah teman-teman, mulai dari sekarang kita mencoba peduli terhadap lingkungan kita sendiri, khususnya wilayah Bekasi.
Yuk, kita memberikan contoh untuk mereka yang belum mengetahui arti pentingnya sebuah lingkungan untuk kehidupan dengan ikut berperan dalam menjaga dan melestarikan wilayah kita sendiri. AKU TAHU, BEKASI ITU INDAH !
Muara Gembong yang berada sangat jauh dari hiruk pikuk kota Bekasi sendiri dikelilingi oleh lahan perairan laut Jawa yang luas dan terhimpit di antara Jakarta Utara dengan Kabupaten Karawang. Kecamatan ini terletak 64 km dari pusat Kota Bekasi. Tak kurang dari empat jam diperlukan untuk menempuh perjalanan dari kota Jakarta dan sekitar dua setengah jam dari Kota Bekasi. Sebagian besar penduduk Muara Gembong bermatapencaharian sebagai nelayan, menangkap ikan, kepiting dan juga udang untuk dijual ke Jakarta khususnya ke daerah Cilincing, Ancol, dan Muara Angke.
Kecamatan ini terdiri dari enam desa, Jayasakti seluas 220 hektaree (Ha), Pantai Mekar 235 Ha , Pantai Sederhana 65 Ha, Pantai Bahagia 265 Ha, Pantai Bakti 2,90 Ha, dan Pantai Harapan Jaya dengan lahan terluas 275 Ha. Kawasan pemukiman penduduk pinggir laut dengan luas lahan keseluruhan 14.009 hektare tersebut didominasi oleh lahan perairan. Tambak perikanan yang mencakup lahan seluas 10.125 Ha menjadi mata pencaharian utama 60 persen dari total kepadatan penduduk 36.181 jiwa. Sisanya bekerja dengan menjadi petani darat, mengelola lahan pertanian kering seluas 60 Ha. Lahan kritis di Muara Gembong telah dolah dengan budidaya pertanian seluas 512 Ha.
Muara Gembong terkenal dengan potensi alamnya, muara ini adalah habitat ikan bandeng yang sangat diminati oleh warga Jakarta karena dagingnya yang tidak bau, hal itu dikarenakan “bandeng gembong” diberikan pakan ikan yang alami. Selain bandeng, kepiting dari Muara Gembong juga terkenal di Jakarta, kemudian “Terasi Jembret”, terasi yang diolah secara alami oleh beberapa penduduknya. Beberapa istri nelayan mengolah udang rebon yang didapat dari laut untuk dijadikan terasi. Penduduk di Kecamatan Muara Gembong didominasi dengan etnis Jawa, kebanyakan mereka menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Sunda juga menjadi bahasa sehari-hari mereka, selain bahasa Melayu. Di Desa Pantai Mekar saja sudah terdapat Puskesmas dan Kantor Dinas Kesehatan, selain itu tiga buah gedung Sekolah Dasar Negri (SDN), satu gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dua buah gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) juga telah mendukung dan melengkapi aspek pendidikan warganya.
Namun……
Muara Gembong yang dahulunya terdapat kawasan hutan bakau yang sangat melimpah, kini telah berubah di karenakan penduduknya yang serakah dan mulai menebang hutan untuk dijadikan tambak ikan. Awalnya, panen ikan melimpah. Tapi seiring perubahan dari waktu ke waktu, daerah pesisir dari muara gembong mulai mengalami abrasi air laut. Hal itu diakibatkan karena kurangnya pengetahuan tentang Hutan Bakau sebagai penyanggah daratan di pesisir pantai yang oleh masyarakat setempat dijadikan lahan tambak ikan. Dua puluh tahun yang lalu, di pesisir Muara Gembong Kabupaten Bekasi begitu mudah mendengar sahutan lutung di kala pagi, tak sulit melihat binatang berbulu lebat ini menarik kepiting dengan menjuntaikan ekornya ke dalam air laut di pesisir pantai. Bak pemancing, dengan ekornya itulah kepiting dibanting ke pohon bakau hingga tidak berdaya dan kemudian menjadi makanannya.
Kini, sudah tak terdengar lagi teriakan khasnya dari spesies ini. Tempat itu sudah terasa sunyi, tak terlihat lagi binatang jenaka ini menjumput daging kepiting. Tak ada lagi binatang berbahasa latin trancypitecus auratus ini. Mereka seperti tenggelam oleh hantaman ombak pesisir. Nah teman-teman, mulai dari sekarang kita mencoba peduli terhadap lingkungan kita sendiri, khususnya wilayah Bekasi.
Yuk, kita memberikan contoh untuk mereka yang belum mengetahui arti pentingnya sebuah lingkungan untuk kehidupan dengan ikut berperan dalam menjaga dan melestarikan wilayah kita sendiri. AKU TAHU, BEKASI ITU INDAH !
sumber: www.menujujauh.com |
Sumber: www.menujujauh.com |
Sumber: www.menujujauh.com |
sumber: www.menujujauh.com |
0 komentar:
Posting Komentar